Sebagian orang salah paham dengan thibbun nabawi. Ada yang sekedar minum
habbatus sauda dan minum madu tanpa takaran yang jelas, ia sangka sudah
menerapkan thibbun nabawi. Padahal seperti yang sudah dijelaskan bahwa thibun
nabawi merupakan suatu metode yang kompleks. Begitu juga dengan sebagian kecil
pelaku herbal yang hanya dengan menambahkan madu atau habbatus sauda dalam
ramuannya, maka ia klaim bahwa ramuannya adalah thibbun nabawi.
Perlu kita ketahui bahwa konsep thibbun nabawi adalah konsep kedokteran yang
kompleks sebagaimana kedokteran yang lain. Dalam thibbun nabawi perlu juga
kemampuan mendiagnosa penyakit, meramu bahan dan kadarnya, mengetahui dosis
obat dan lain-lain
DOKTER, AHLI HERBAL, AHLI THIBBUN
NABAWI MANAKAH YANG LEBIH BAIK..?
Sebagian orang bingung ketika berobat, ada yang menyarankan ke dokter atau
ke ahli herbal atau harus ngotot pakai thibun nabawi. Kebingungan bertambah
ketika ada berita kalau ke dokter nanti dikasi obat kimia yang berbahaya, belum
lagi metodenya kebanyakan dari orang kafir. Begitu juga dengan herbal, ada info
nanti herbalnya palsu, tidak terstandar, dicampur “obat dewa” kortikosteroid,
dan bisa jadi ahli herbalnya jadi-jadian, baru pelatihan satu dua kali
udah buka praktek, apa ada pengalaman mendiagnosis? Begitu juga dengan info
thibbun nabawi. Bisa jadi orangnya belum menguasai penuh, apalagi harus
ada unsur keimanan baru sembuh, misalnya hanya baca Al-Fatihah bisa sembuh dari
kalajengking. Belum lagi sebagian kecil kalangan yang tidak bertanggung jawab
memasukkan semua metode ke dalam thibbun nabawi, padahal itu bukan thibbun
nabawi (misalnya ramuan tertentu).
Jadi pilih yang mana? Ke mana kita harus berobat
Dokter, ahli herbal dan hali thibbun nawabi sama baiknya asalkan
pengobatan dilakukan oleh ahlinya. Untuk dokter, maka mereka sudah ada
pendidikan resmi, bertahap dan diterapkan di semua negara dengan standar yang
hampir sama. Mereka sudah belajar dan diuji apakah sudah layak untuk melakukan
pengobatan atau tidak.
Sedangkan untuk herbalis, sampai sekarang belum ada resmi dan diakui oleh
pemerintah, misalnya sekolah herbal atau perguruan tinggi dengan jurusan
herbal. Dengan kurikulum terstandar dan teruji. Inilah yang membuat herbal agak
kurang diminati oleh orang. Akan tetapi cukup banyak kita temukan herbalis yang
benar-benar pengalaman, sudah belajar dengan waktu yang cukup lama walapun
tidak formal dan sudah berpengalaman. Untuk herbalis seperti ini, baik juga
untuk pengobatan, bahkan ada metode pengobatan yang belum ditemukan dalam
kedokteran modern ternyata ada metode pengobatannya oleh herbalis terpercaya.
Begitu juga dengan ahli thibbun nabawi.
Demikian jugalah yang ditetapkan oleh agama Islam yang mulia ini. Praktek
kedokteran harus dilakukan oleh ahlinya dan sudah berpengalaman
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَطَبَّبَ وَلَمْ يُعْلَمْ
مِنْهُ طِبٌّ قَبْلَ ذَلِكَ
فَهُوَ ضَامِنٌ
“Barang siapa yang melakukan pengobatan dan dia tidak mengetahui ilmunya
sebelum itu maka dia yang bertanggung jawab.”[8]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata,
أنه لا يحل
لأحد أن يتعاطى
صناعة من الصناعات
وهو لا يحسنها
، سواء كان
طبا أو غيره
، وأن من
تجرأ على ذلك
، فهو آثم
. وما ترتب على
عمله من تلف
نفس أو عضو
أو نحوهما ،
فهو ضامن له
“Tidak boleh bagi seseorang melakukan suatu praktek pekerjaan dimana ia
tidak mumpuni dalam hal tersebut. Demikian juga dengan praktek kedokteran dan
lainnya. Barangsiapa lancang melanggar maka ia berdosa. Dan apa yang
ditimbulkan dari perbuatannya berupa hilangnya nyawa dan kerusakan anggota
tubuh atau sejenisnya, maka ia harus bertanggung jawab.”[9]
Ulama sekaligus dokter terkenal di zamannya, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu
berkata,
فإيجابُ الضمان على الطبيب
الجاهل، فإذا تعاطى
عِلمَ الطِّب وعمله،
ولم يتقدم له
به معرفة
“Maka wajib mengganti rugi [bertanggung jawab] bagi dokter yang bodoh
jika melakukan praktek kedokteran dan tidak mengetahui/mempelajari ilmu
kedokteran sebelumnya”[10]
Yang pada intinya Semuanya baik asalkan Ahli, Berilmu Dan Berpengalaman
sesuai dengan apa yang mereka geluti
allahua’alam
Saudara seiman : Irfan fauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Kritik dan Saran Anda