Jika kita berbicara tentang pola hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
dinilai sehat tentunya kita berbicara tentang ilmu kesehatan, dan siapa orang
yang pertama kali memulai ilmu kesehatan, dari sini kita akan banyak
mendapatkan banyak pendapat atau subhat-subhat yang keliru tentang ilmu
kesehatan,
Pada
era tahun 2000an banyak orang barat yang merasa kebingungan karena tidak
mendapatkan solusi yang disebabkan banyaknya penyakit yang aneh yang sangat
berdampak buruk bagi masyarakat, mulailah mereka menggaungkan ungkapan atau
semboyan “Back to Nature”kembali ke
alam, dan dari sini pun mereka masih dalam kebingungan untuk menentukan
bahwasannya ke alam yang mana mereka harus kembali.
Karena
pada dasarnya mereka tidak mengetahui dari manakah sumber ilmu kesehatan atau
pola hidup sehat itu sendiri, karena yang dinamakan ilmu pengobatan pastinya
erat kaitannya dengat ilmu kesehatan, orang yang berobatpun pasti tujuan untuk
sehat bukan untuk tambah penyakit, maka dari pada itu yang di bahas disini
adalah bukan hanya ilmu pengobatan tapi ilmu kesehatan, karena dua hal ini
tidak mungkin bisa dipisahkan. maka dari itu muncullah pertanyaan Siapa
yang memulai Ilmu Kesehatan?.
Dari
pertanyaan tersebut maka kita akan dapati subhat-subhat dari sebagain umat
manusia tentang orang yang memulai ilmu kesehatan, sebagian manusia ada yang berpendapat
bahwasannya ilmu kesehatan dan ilmu pengobatan dimulai sejak 3000/5000 tahun
yang lalu dizaman perunggu dan berasal dari negeri tirai bambu (Cina), ada juga
yang berpendapat bahwasannya ilmu kesehatan dan pengobatan dimulai dari Yunani
dan orang yang pertama melakukannya adalah Hippo Crates dan juga sebagian
manusia menggangap dialah bapak Kedokteran secara umum, bahkan yang lebih
menyedihkan lagi adalah mereka yang mengaku muslim mengatakan kalau bapak
kedokateran Islam adalah ibnu Sina dan menganggap bahwa Ibnu Sina lah yang
memulai Ilmu kesehatan dan Pengobatan.
Dari subhat-subhat diatas mulailah
kita berfikir dari mana sebenarnya Ilmu Kesehatan dan pengobatan dan siapakah
yang memulai, apakah dari Cina atau dari Yunani dengan Hippo Cratesnya atau
dari Ibnu Sina?
Al
Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam kitabnya Zadul Ma’ad bahwasannya secara fitrah
penyakit terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Penyakit Fitroh
2. Penyakit Al-Mizaj
adapun yang dimaksud penyakit fitroh adalah penyakit
yang ada pada keumuman manusia/hewan yang dimana pengobatannya tidak
membutuhkan seorang pengobat, seperti lapar diobati dengan makan dan haus
diobati dengan minum, dst, hal ini pastinya semua manusia dan binatang
mengetahui, dan adapun Penyakit Al-Mizaj adalah penyakit yang berubahnya tabiat
pada tubuh, Al-Mizaj sendiri terbagi manjadi 3 bagian yaitu:
1.
Al-Mutasyabihah (Penyakit yang rumit yang
membutuhkan penelitian)
2.
Al Aliyah (Penyakit yang terjadi secara
spontan bisa karena kecelakaan)
3.
Al-Aam (Penyakit yang disebabkan karena
keduanya)
Maka dari pada itu jika kita
melihat dari perkataan Ibnu Qoyim yang dikatakan penyakit ada 2, yaitu penyakit
Fitroh dan Al-Mizaj, dan contih penyakit fitroh seperti lapar diobati dengan
makan dan haus diobati dengan minum, maka bisa dikatakan bahwasannya ilmu
pengobatan dan kesehatan sudah dimulai sejak ada manusia makan dan minum, yaitu
nabi Adam Alaihi salam,
Allah Azza wa jalla berfirman
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!" (QS Al-Baqarah 31)
Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam
tafsirnya “Allah mengajarkan semua nama benda baik Nama, Dzat, sifat, fungsi,
dan carakternya” dan hal ini sebagaimana yang katakan oleh Ibnu Abbas yaitu
“mengetahui fungsinya segala bentuk benda baik bentuknya besar ataupun kecil”,
maka ketika anak-anak nabi Adam Alaihi
salam berternak dan bercocok tanam pastinya mereka mengetahui manfaat dari
yang mereka lakukan, mereka pun memakan daging hewan ternaknya dan memerah
susun dan meminumnya dan memakan buah-buahan dan tidak mungkin mereka melakukan
hal itu hanya karena kebetulan ataupun keisengan semata.
Al Imam Ibnu Katsir pun mengatakan
dalam tafsirnya, ketika menafsirkan ayat Al-Quran Surat Al Araf ayat 31
Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.
beliau
mengatakan para salaf terdahulu mengatakan bahwasannya ayat ini pokok dari
seluruh ilmu pengobatan dan kesehatan dan Al Iman Qurtubi menceritakan kisah
ketika khalifah Harun Ar Rasyid menpunyai seorang dokter dari agama nasrani,
kemudian dokter ini bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Ali Bin Husein,
kemudian dokter ini bertanya kepada pemuda itu :
Dokter
Nasrani : Wahai Ali,
sesungguhnya agamau itu tidak sempurna,
Ali
Bin Husein : kenapa,
jawab Ali”
Dokter Nasrani :
Karena Imammu mengatakan, ilmu itu ada 2 yaitu Ilmu dien
dan Ilmu Kesehatan badan, sementara didalam kitab
agamamu ini tidak ada ayat yang menjelaskan
tentang ilmu
pengobatan badan!.
Ali Bin
Husein : Engkau
salah wahai dokter, sesungguhanya di Al-Quran
disebutkan tentang ilmu pengobatan badan,
lalu Ali pun
membacakan surat Al-Araaf ayat 31 “makan dan
minumlah
dan jangan berlebih”
Dokter
Nasrani : Iya benar, aku
bersaksi bahwasannya ayat itu adalah pokok
dasar dari
seluruh Ilmu pengobatan.
Dari
pemaparan diatas maka bisa diambil kesimpulan bahwasannya Ilmu pengobatan dan
kesehatan bukanlah dari Cina, Hippo Crates dan bukan pula di mulai oleh Ibnu
sina, dan seharusnya kita sebagai kaum muslimin menepis subhat-subhat tersebut
dan tidak terpengaruh oleh subhat itu, karena jika kita sedikit berfikir dan
merenung dari pemaparan diatas, bahwasannya nabi Adam lah yang memulai hidup
sehat dan memulai ilmu pengobatan dan jika di tarik maju ke zaman setelahnya
berarti Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam lah yang mengembangkan Ilmu pengobatan dan kesehatan, bukan Hippo
Crates ataupun Ibnu Sina,
Siapakah ibnu Sina?
Dalam buku ini sedikit saya ingin
memaparkan tentang Ibnu Sina, Siapa yang tidak kenal dengan Ibnu Sina, Seorang
yang sering di katakan sebagai Bapak Kedokteran Islam oleh orang non Muslim dan
sebagian kaum Muslimin, dan juga banyak kaum muslimin yang berbangga dengan
Ibnu Sina, bagaimana tidak, keluasan ilmunya yang dikatakan sangat luas di
bidang Aljabar, Perbandingan dan Filsafat dan dia sangat Ahli di bidang
keilmuan filsafat, bahkan sampai-sampai Ibnu Sina mengatakan " Ketika
Usiaku 18 tahun, Aku telah berhasil menyelesaikan Semua Ilmuku".
Ibnu Sina
memang Cerdas, namun apakah dia seorang Muslim atau seorang yang kafir?
Sedikit Biografi Ibnu Sina.
Bernama lengkap
"Abu Ali Husain Abdullah bin Hasan bin Ali Bin Sina,
Lahir di Afsyahnah
di Negara Uzbekistan, 370 H
dia
menghafal Al-Quran semenjak muda dan juga bersentuhan dengan pemikiran Hippo
Crates, Aritoteles dan Al Farabi.
dia juga
banyak mengarang buku yang bertemakan tentang Kedokteran dan Filsafat. dan
salah satu bukunya yang peling terkenal adalah Al Qanun fi At Thibb atau
dikenal juga dengan sebutan The Canon of Madicie
Pandangan Ulama Ahlussunah tentang Ibnu
Sina
1.
Imam Al
Ghazali
: Beliau Mengkafirkan Ibnu Sina dan
Al-Farabi dalam bukunya, Al munqidz min Adh Dhalal. dan dalam bukunya yang
lain, Al Tahafut al Falasifah, beliau membantah Ibnu Sina dalam dua puluh
majelisnya, ada tiga point yang beliau sebut sebagai kekeliruan dan kesesatan
filsafatnya.
1.
Alam ini tercipta dengan sendirinya
2.
tidak ada tenpat kembali bagi jasmani
3.
Allah tidak mengetahui hal-hal yang sifatanya
juziyyah (pertikel kecil)
2. Imam Adz
Dzahabi
: Beliau mengatakan dalam kitabnya Mizanul I'tidal, saya tidak mengetahui kalau
dia meriwayatkan sesuatu dari ilmu dan seandainya dia meriwayatkan itu belum
pasti darinya, keran dia seoarang filosofi aliran sesat,
Imam
ibnu Hajar pun menukil dari Imam Adz Dzahabi dalam kitabnya Al lisan, beliau
pun berkata "Allah tidak ridha padanya (Ibnu Sina)
3.
Imam Syaikhul
islam Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam kitab Dar'u Ta'arudh al 'Aql wa An
Naql, tentang aliran ahli bid'ah dalam menyikapi nash nash nabi.
1.
Yang pertama aliran tabdil (perubahan)
pembuat takhayul, tafriff (penyelewengan) dan ta'wil
2.
Yang kedua aliran tajhil (pembodohan)
Para pembuat takhayul adalah mereka yang mengatakan
bahwa para nabi menceritakan tentang Allah dan hari Akhir, disebutkan bahwah
Ibnu Sina berjalan di atas pemikiran tersebut,(Al Adhhuwiyah)
Dia
juga berkata di akhir ucapannya "Sesungguhnya mereka mengatakan, bahwa
para nabi sengaja memahamkan orang banyak dengan cara berdusta dan berbuat
Bathil untuk kemaslahatnya dan Syaikhul Islam menganggap mereka itu filosofi
kafir. Dalam kitab yang lain Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa Ibnu Sina adalah
shabiah (penyembah bintang) yang mencampuradukan agama dan filsafat.
Perkataan
secara khusus Ibnu taimiyah tentang Ibnu Sina
"وكذلك ابن سينا
وغيره يذكر من التنقص بالصØابة ما ورثه عن أبيه وشيعته القرامطة..."
“Begitu juga Ibnu Sina dan yang lainnya
disebutkan bagaimana mereka melecehkan para sahabat, inilah aqidah yang mereka
warisi dari bapak dan moyang mereka syi’ah qoromitoh
"ما يقوله ابن
سينا وأمثاله, هؤلاء قولهم شر من قول اليهود والنصارى ومشركي العرب"
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Sina dan
teman-temannya, jauh lebih jelek adari perkataan orang Yahudi dan Nasrani serta
orang musyrik bangsa arab
4. Imam Ibnu
Qayyim Al Jauziyah menjelaskan tentang kerancuan filosofi secara umum
dan Ibnu Sina secra khusus,"Ibnu Sina adalah seorang lelaki yang Mu'attil
(meniadakan sifat-sifat Allah), musrik, mengingkari kanabian serta tidak
percaya dengan adanya permulaan, Akhirat, Rasul, dan tidak mempercayai kitab
suci"
Dalam
kesempatan lain ibnu Qoyyim juga berkata " Ibnu Sina sebagaimana yang di
katakan sendiri, "Aku dan bapakku termasuk pengikut ajaran penguasa,
sedangkan ajaran penguasan pada saat itu adalah Syiah Qaramithah yang tidak
percaya dengan permulaan, akhirat, Tuhan, Rasul yang datang dan diutus oleh
Allah.
Dari
sisi lain Ibnu Qayyim juga menyebutkan," Ibnu Sina adalah pemimpin
orang-orang Mulhid (kafir/menyimpang/tidak percaya Tuhan), beliau juga berkata
"kesimpulanya orang-orang Mulhid ini serta para pengikutnya dari kaum
mulhid adalah orang-rang yang tidak percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, dan hari Akhir"
5.
Imam Ibnu
Shalah
ditanya tentang kelompok dari kaum muslimin yang menisbatkan diri pada ahli
ilmu dan tasawuf, "apakah boleh bagi mereka menyibukan diri dengan karya
tulis Ibnu Sina dan menelaah buku-bukunya, apakah boleh bagi mereka
berkeyakinan bahwa dia seorang ulama atau bukan?,
Ibnu
Shalah menjawab : hal itu tidak boleh bagi mereka dan barang siapa yang berbuat
demikian, maka dia telah menipu agamanya dan akan terbuka fitnah yang besar,
Dia (Ibnu Sina) tidak termasuk Ulama,
bahkan ia adalah salah satu setan dari setan-setan manusia, dia berada
dalam kebingungan dalam banyak hal.
6. Iman Ibnu
Hajar Ahsqalani mengatakan " para ulama telah bersepakat
bahwasannya Ibnu Sina berpendapat bahwa alam semesta ada dengan sendirinya,
mengingkari dibangkitkannya jasad, yang dibangkitkan hanya ruh. diapun pernah
mengatakan "Allah tidak mengetahui pekara detail, akan tetapi dengan
pengetahuan yang Global.Maka ulama pada zamannya dan ulama generasi setelahnya
yang perkataan mereka di perhitungkan baik dalam masalah usul dan furu',
menyatakan kekufuran Ibnu Sina dan Al Farabi karena aqidah seperti yang
disebutkan di atas, karena aqidah seperti itu bertolak belakang dengan kaum
muslimin.
7.
Pengalaman
Imam An Nawawi dengan ketika mempelajari Kitabnya Ibnu Sina.
Iman
Nawawi pernah bercerita "terlintas di benak saya untuk mempelajari Ilmu
Kedokteran, lalu akupun membeli kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina, maka akupun
mantap untuk menekuninya, lalu akupun merenung, lalu tiba-tiba hatiku
seolah-olah menjadi gelap, beberapa hari aku termangu tidak mampu melakukan
apapun, lalu akupun merenung memikirkan keadaanku, kemudian aku tidak tahu dari
mana datangnya suatu hal yang kemudian aku menyimpulkan bahwa sebab keadaanku
seperti ini karena menyibukkan diri swngan ilmu kedokteran (yang dicampuri
dengan ilmu kalan dan filsafat), lantas akupun langsung menjual kitab Al Qanun
dan mengeluarkan segala yang berkaitan dengannya dari rumahku, maka hatiku
seolah mendapat cayaha kembali pada keadaanku semula.
Kesimpulan.
Setelah
kita membaca pendapat-pendapat ulama Ahlussunah tentang Ibnu Sina, kita dapat
simpulkan bahwasannya ibnu sina bukanlah seorang muslim apalagi seorang ulama
karena banyak kesesatan dan kerancuan dari filsafatnya. dan tidak sepantasnya
Ibnu Sina di jadikan bapak kedokteran Islam karena dia bukanlah orang islam
melainkan penganut ajaran syiah Qaramithah.
Wallahu
‘alam
Saudaramu Irfan Fauzi
Sumber : Ilmu Pengobatan Klasik & Thibbun Nabawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Kritik dan Saran Anda